Langsung ke konten utama

Sekilas Tentang Sejuta Pelangi Oki Setiana Dewi
Oki Setiana Dewi. Nama itu sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita ya sobat. Sekarang saya tidak akan bahas tentang Oki Setiana Dewi sobat tapi saya akan membahas buku ciptaan Oki Setiana Dewi nih sobat. Judul bukunya adalah “Sejuta Pelangi (Pernik Cinta Oki Setiana Dewi)”. Buku ini diterbitkan oleh PT. Mizan Pustaka. Diterbitkan di Bandung pada bulan Februari 2012 untuk cetakan pertama dan Maret 2012 untuk cetakan kedua.
Buku ini keren banget sobat. Di dalamnya menceritakan kisah-kisah inspiratif yang langsung didapatkan dari narasumber terpercaya. Setiap kisah yang diceritakan disampaikan dengan bahasa yang sangat komunikatif dan ringan. Hal ini membuat setiap cerita yang diceritakan dalam buku ini penuh akan makna yang akan membuat motivasi bangkit dan hati yang membara. Kita akan termotivasi untuk lebih maju dengan belajar dari keterbatasan dan memanfaatkan sebaik-baiknya kelebihan yang kita punya sobat.
Nah, buat kamu yang lagi down dan butuh motivasi untuk terus menjalani kehidupan Anda, atau yang sedang berpikir kalau Anda adalah orang yang kurang beruntung, dan untuk Anda yang sedang melangkah mewujudkan mimpinya buku ini sangat cocok banget sobat. Diawali dengan kisah seseorang yang dulunya menjadi murid paling bodoh di sekolah, namun karena kerja keras dan tekad yang kuat, ia bisa menyelesaikan S2nya di UI dengan predikat cumlaude. Dilanjut dengan cerita seorang guru besar yang tak kenal lelah untuk bisa memberikan ilmunya kepada sang murid walaupun kondisinya sedang berjuang dengan penyakit yang dideritanya. Dan masih banyak cerita-cerita inspiratif di dalam buku ini sobat. Semua cerita di dalamnya akan membuat Anda berhenti berpikir kalau Anda tidak bisa, Anda orang yang tidak beruntung, Anda akan gagal. Semua pikiran-pikiran itu akan sirna setelah Anda membaca semua kisah inspiratif dalam buku ini sobat.
Wah mantap kan sobat. Jangan buang-buang waktu lagi sobat untuk baca buku ini. Mungkin buku ini akan lebih menarik lagi jika tampilannya lebih berwarna. Supaya menunjukkan kesan bahwa hidup benar-benar penuh warna.
Overall buku ini sangat bagus sekali sobat.
Selamat Membaca!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kontribusiku Untuk Indonesia

Nur Septiani Wulandari adalah nama yang orang tua saya berikan untuk saya. Saya lahir di Pandeglang pada 16 September 1997. Saya memiliki satu kakak perempuan yang paling saya cintai dan dua orang adik laki-laki yang paling saya sayangi. Menjadi seorang mahasiswa PGSD di UPI Kampus Tasikmalaya mengajak saya untuk terus berkarya dalam bidang pendidikan. Di kampus inilah saya menemukan diri saya, saya menemukan ruang nyaman saya bergerak dan berkarya. Jika ditanya mengenai kontribusi apa yang saya lakukan untuk Indonesia? Jawaban yang sudah pasti adalah saya selalu belajar untuk bisa berkarya untuk Indonesia. Saat saya duduk di bangku SD, saya mulai mengenal tarian tradisional khas Cirebon yaitu tari topeng. Saya mulai tertarik dan mementaskannya di beberapa acara. Selain itu saya juga mulai tertarik dengan sastra puisi, lebih tepatnya dalam membaca puisi. Saya mulai mendalami teknik-teknik membaca puisi dan mencari pengalaman melalui lomba-lomba membaca puisi. Saya mulai menemukan
Anak Kita Pergi Mengejar Layang-Layang Seorang pria duduk di kursi rotan dengan menumpangkan kaki kanan di atas kaki kirinya. Tangannya memegang secarik kertas yang berisi deretan kata-kata fakta dan opini, terkadang juga ada iklan perumahan atau lowongan pekerjaan. Ditemani teh hangat racikan kekasihnya. Bola mata pria itu berjalan ke kanan dan ke kiri, terkadang dahinya ikut mengerenyut, terkadang bibirnya sedikit tersenyum, dan tak jarang ekspresinya sangat datar. Setelah beberapa menit, akhirnya ia berbicara. "Sayang." "Iya." "Anak kita sedang apa?" "Sedang main layang-layang." "Matahari baru terbangun, ia sudah bermain layang-layang?" "Iya." Pria itu terdiam lagi, kembali bermesraan dengan kertas-kertas beritanya. *** Sekitar pukul sepuluh pagi, pria itu akan pergi ke kebun. Pria itu hanya mengenakan kaos oblong dengan celana kolor yang tidak penuh menutupi lututnya, di lehernya menggantung
Suara? Hujan Sore Itu Kala itu, ketika rintik hujan membasahi bumi. Terdengar rintihan suara lembut di sudut ruangan itu. Aku pun terbangun dari lamunanku. Mulai kuperhatikan sumber suara itu. Siapakah gerangan? Sorot mataku semakin tajam, daun telingaku semakin peka, dan kakiku mulai melangkah. Perlahan, aku dekati sumber suara itu.  Langkahku semakin mendekat, namun suara itu semakin jauh.  Tiba-tiba…byar. Langkahku terhenti karena seruan Ayahku. “Nak, sedang apa kamu di sana? Daritadi ayah tidak mendengar suaramu.” ucap Ayah.  “Oh… Emm… Enggak apa-apa Ayah.” jawabku.  Saat itu, memang hanya ada aku, Ayah, dan Kakak di rumah. Ayah sedang membaca Koran di ruang keluarga ; Kakak sedang tidur di kamarnya ; Ibu di rumah tetangga mengikuti pengajian.  Setelah mengecek keadaanku, Ayah kembali membaca koran dan sedikit menyeruput kopi hangat buatan Ibu. Aku kembali dalam lamunan, terjerat dalam rasa penasaran. Suara siapa tadi? Suara itu menghilang seketika, saat Ayah meman